| Subcribe via RSS

Browse > Home / / Blog Article: Beberapa Kesamaan Tarekat Sufiyah dan Agama Syiah

Beberapa Kesamaan Tarekat Sufiyah dan Agama Syiah

Senin, 02 Agustus 2010 | Posted in

sufi
(Dikutip dari al Jama’at Al Islamiyyah Fi Dhauil Kitabi Was Sunnah Bifahmi Salafil Ummah karya Syaikh Saliim bin Id al Hilali hlm. 115-127, Darul Atsariyyah Th. 1425H-2004M dengan ringkasan)
Siapapun yang mengetahui hakikat tasawwuf (Sufi) dan tasyayyu’ (Syiah) ia akan mendapatkan keduanya seperti pinang dibelah dua. Keduanya berasal dari sumber yang sama, dan memiliki tujuan yang sama. Oleh karena itu, kedua firqah ini memiliki kesamaan dalam pemikiran dan aqidah. Diantara persamaan dua golongan tersebut, ialah:

Pertama :
Kaum Syiah mengaku memiliki ilmu khusus yang tidak dipunyai kaum muslimin selain mereka. Mereka menisbatkan kedustaan ini kepada Ahlul Bait dengan seenak perutnya. Mereka juga mengklaim memiliki mushaf (AlQur’an) tersendiri, yang mereka sebut Mushaf Fathimah. Menurut keyakinan mereka, mushaf ini memiliki kelebihan tiga kali lipat lebih besar dibandingkan dengan AlQur’an yang ada di tangan kaum muslimin. (Ad Din Baina Sail Wal Mujib karya Al Hajj Mirza al Hairi al Ahqaqi hal 89). Mereka menganggap Muhammad diutus dengan tanzil, sedangkan Ali diutus dengan takwil. (Firaq asy Syiah hal.38).

Demikian pula orang-orang Sufi, mereka menganggap memiliki ilmu hakikat. Sedangkan orang dari luar kalangan mereka, hanya baru sampai pada tingkat ilmu syariat. Mereka beranggapan, bahwasanya Alloh menganugerahkan ilmu laduni kepada mereka, saat orang-orang selain mereka mesti menimba ilmu dengan susah payah dari para ulama. Bahkan salah seorang tokoh Sufi, yaitu al Busthami sampai berkoar: “Kami telah menyelam dilautan ilmu,sementara para Nabi (hanya) berdiri di tepinya”. (al Futuhat al Makiyyah 1/37). Demikian, persamaan antara Sufi dan Syiah dalam masalah ilmu kebatinan.

Kedua :
Orang-orang Syiah mengkultuskan imam-imam mereka dan menempatkan imam-imam itu dengan kedudukan yang lebih tinggi dari para malaikat dan rasul. Mereka mengatakan, para imam adalah katub pengaman bagi penduduk bumi sebagaimana bintang-bintang menjadi pengaman bagi penduduk langit. Apalagi para imam diangkat dari muka bumi-walaupun sekejap- maka bumi dan para penduduknya ini akan hancur.(Kamaaluddin Tamaamunni’mah Ibnu babuyah al Qummi 1/208)

Khumaini, salah seorang tokoh besar Syiah berkata: “Di antara keyakinan madzhab (baca:agama) kami, bahwasanya imam-imam kami memiliki kedudukan yang tidak bisa diraih, sekalipun oleh para malaikat dan para rasul”.(al Hukuumah al Islamiyah)

Bahkan orang-orang syiah memberikan sifat ketuhanan kepada para imam itu, dan menganggap mereka mengetahui segala sesuatu, meski sekecil apapun di alam ini.
Sifat seperti ini pula yang disematkan oran-orang Sufi kepada orang-orang yang mereka anggap sebagai wali. Katanya,”para wali” itu ikut berperan dalam mengatur alam semesta ini, dan mengetahui ilmu ghaib. Oleh karenannya, orang-orang Sufi membentuk suatu badan khusus yang terdiri dari para wali mereka. Tugas badan khusus ini adalah mengatur alam dan seisinya.

Dengan pernyataan ini, maka tidak tersisa lagi hak pengaturan alam semesta bagi Alloh Ta’ala. Padahal, hanya milik Alloh hak untuk mencipta dan mengatur segala urusan. Maha Suci Alloh dari apa yang mereka katakan.

Ketiga :
Anggapan bahwa agama ini memuat perkara zhahir dan batin telah menjadi kesepakatan antara syiah dan sufiyyah. Menurut mereka, hal yang batin adalah suatu hakikat yang tidak diketahuinya kecuali oleh para imam dan para wali. Sedangkan yang zhahir adalah apa yang terdapat dalam masalah nash-nash yang dipahami oleh orang kebanyakan.

Dr. Abu al ‘Ala’ al ‘Afifi menjelaskan kronologi munculnya anggapan batil ini merasuki aqidah Islamiyyah dengan berkata:”Munculnya pembagian agama kepada syariat dan hakikat, ialah ketika ada pembagian agama menjadi zhahir dan batin. Pembagiaan seperti ini tidak dikenal oleh kaum muslimin generasi pertama. Pemikiran seperti ini muncul ketika syiah mengatakan bahwa segala sesuatu memuat perkara yang zhahir dan batin. Al-qur’an pun demikian. Bahkan menurut angapan mereka, setiap ayat dan kalimat AlQur’an mengandung pengertan zhahir dan yang batin. Dan hal hal yang bain ini tidak ada yang bisa mengetahuinya kecuali orang-orang khusus dari para hamba Alloh, yang khusus dipilih untuk memperoleh keutamaan ini. Semua rahasia alQur’an akan terbuka untuk mereka. Oleh karena itu,mereka memiliki metode khusus dalam menafsirkan AlQur’an yang akhirnya melahirkan kumpulan-kumpulan takwil kebatinan terhadap nash-nash AlQur’an dan bisikan-bisiskan khayalan mereka yang dikenal dengan istilah ilmu bathin.

Menurut mereka, hasil penafsiran diwariskan oleh Rasulullah kepada Ali bin Abi Thalib. Lantas diwariskan dari beliau kepada orang-orang yang memiliki ilmu batin yang menamakan diri mereka dengan sebutan al Waratsah (para ahli waris).

Demikian pula orang-orang Sufi, mereka menempuh jalan takwil ini dalam memahami AlQur’an, dan banyak mengambil istilah yang dipakai oleh orang-orang Syiah. Dengan demikian, kita mengetahui hubungan yang begitu erat antara orang Syiah dan orang Sufiyyah”.(At Tasawwuf Wats Tsaurah Ar Ruuhiyyah Fil Islam).

Keempat :
Pengagungan terhadap kuburan serta kunjungan kepada makam – makam merupakan salah satu dasar akidah Syiah. Mereka itulah golongan pertama yang membangun kuburan dan menjadikannya sebagai syiar mereka.(Rasaail Ikhwaan Ash Shafaa).

Kemudian muncul orang-orang Sufi yang syiar terbesarnya adalah pengagungan terhadap kuburan, membangun dan menghiasinya, melakukan thawaf mengelilinginya meminta berkah dan meminta pertolongan kepada penghuninya. Bahkan kuburan Ma’ruf Al Kurkhi, seorang tokoh Sufi diyakini menjadi obat yang mujarab.(Thabaqaat as Shuufiyyah, as sulami hal 85).

Untuk mengetahui lebih detail mengenai hubungan erat antara golongan Syiah dan Tarekat Sufi, Dr. Kamil Asy Syaiby telah membukukan sebuah kitab melalui pendekatan historis yang berjudul ash Shilah Bainat Tashawwufi Wat Tasyayyu’.


Sisi persamaan antara Syiah dan Sufi tidak terbatas pada dimensi perkataan dan keyakinan saja. Akan tetapi juga merambah pada sepak terjang nyata yang dapat disaksikan lewat sejarah.
Kaum Syiah bahu membahu dengan musuh (pasukan Mongol) untuk menghancurkan daulah Islamiyyah ‘Abbasiyyah. Mereka kemudian menyebarkan ajaran zindiq dan ilhaad (kekufuran). Sampai pada akhirnya, Shlahuddin al Ayyubi rahimahullah berhasil menumpas salah satu dari kelompok mereka yaitu rejim al ‘Ubaidiyyah yang berakar pada ajaran majusi (penyembah api). Maka, kembalilah Daulah Islam ke pangkuan kaum muslimin.

Dan lagi, ketka kaum muslimin berusaha untuk membersihkan Daulah Islam dari para Salibis (kaum Nashara), orang syiah Rafidhoh, Nashir ath Thusi dan Ibnul Alqami justru membantu pasuka Mongol untuk masuk ibukota Daulah Islamiyyah, Baghdad. Maka, timbullah kerusakan dan pembantaian kaum muslimin dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya.

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: “Musuh-musuh Islam, mereka berhasil masuk baghdad karena bantuan dari kaum munafikin seperti kaum Isma’iliyyah dan Nushairiyyah (dari golongan Syiah pent). Mereka berhasil menguasai negeri Islam, menjadikan para wanita sebagai tawanan,merampas harta, menumpahkan darah dan kejadian memilukan lainnya. Ini dialami oleh kaum muslimin karena bantuan yang mereka berikan kepada musuh-musuh Islam…(Minhajus Sunnah an nabawiyyah 1/10-11)

Demikian pula yang dilakukan oleh kaum sufi. Setali tiga uang. Mereka juga banyak membantu musuh-musuh Islam untuk merebut negeri Islam dari tangan kaum muslimin.Sebagai contoh, ketika mereka membantu tentara Perancis untuk merebut kota Qairawaan. Begitu pula, campur tangan mereka dalam mendukung pasukan Perancis menginjakkan kakinya di bumi negeri Al Jazair. Bahkan salah seorang tokoh mereka, Syaikh Muhammad at Tijani, penerima amanat Ahmad At Tijani (pendiri golongan Tijaniyyah) untuk memegang tongkat kepemimpinan setelahnya, mengatakan pada tanggal 28 dzulhijah 1350H:”Sesungguhnya wajib bagi kami untuk membantu tentara Perancis, yang kami cintai, baik secara materi, maknawi dan politis. Oleh karena itu, saya nyatakan disini dengan penuh rasa bangga dan tanggung jawab bahwa kakek moyangku telah memilih jalan yang benar ketika mendukung pasukan Perancis sebelum mereka datang ke negeri kita, dan sebelum menjajah wiayah-wilayah kita”..?!

Masih banyak lagi peristiwa lain yang sangat merugikan kaum muslimin yang didukung baik dari kaum Syiah ataupun golongan Sufi. Ahli sejarah Islam, Ibnu Khaldun rahimahullah telah menyinggung perihal tersebut dalam tulisannya. Inilah beberapa titik persamaan Syiah dan Tarekat Sufiyyah sehingga jelaslah bagi kita bahwa mereka berasal dari sumber yang satu. Wallahul musta’an

Dinukil dari Majalah As Sunnah edisi 05 Th.XII Sya’ban 1429H/Agustus 2008M

0 Responses to "Beberapa Kesamaan Tarekat Sufiyah dan Agama Syiah"

Leave a Reply