| Subcribe via RSS

Browse > Home / / Blog Article: JAWABAN SYAIKH ALI TERHADAP PERNYATAAN SYAIKH RABI

JAWABAN SYAIKH ALI TERHADAP PERNYATAAN SYAIKH RABI

Rabu, 27 Oktober 2010 | Posted in

JAWABAN AL-‘ALLAMAH ALI HASAN AL-HALABI TERHADAP PERNYATAAN  SYAIKH RABI ( BAGIAN PERTAMA ) .
Al-Qaul Al-Adli Al-Amin fi Mubahatsati As-Syaikh Rabi Fi Jalsatihi Ma’a Al-Filasthiniyyin : 1 (Perkataan yang adil dan terpercaya tentang diskusi Syaikh Rabi dengan orang-orang Falestina di majlisnya : 1).
Penulis : Ali Hasan Al-Halabi
.. (Aku Tidak akan memusihimu sebagaimana orang lain memusuhimu, antara diriku dan dirimu adalah ilmu) ..
Ini adalah kata-kata terakhir yang saya ucapkan  kepada Syaikh Rabi Bin Hadi – semoga Allah melindunginya – sebelum saya mengucapkan kata salam dan perpisahan – di waktu  terakhir saya bertemu dengannya di rumahnya di Mekah, di pertengahan bulan Ramadan  tahun (1429), dan hal ini adalah sesuatu yang saya sangat menjaganya sampai saat ini – dan saya meminta kepada Allah untukmembantu saya dalam hal ini.

Saya telah menyebutkan di artikel sebelumnya «Berlemah lembutlah kepada Syaikh Rabi – semoga Allah memberkati Anda -» apa yang wajib bagi kita – sebagai salafi – terhadap Syaikh Rabi – semoga Allah melindunginya -, dan yang wajib bagi kita adalah berlemah lembut dengannya, dan bersikap halus kepadanya – walaupun hal itu dalam membantah apa yang kita lihat dari kesalahan-kesalahannya – semoga Allah memberkatinya – karena dia adalah manusia diantara manusia , «membantah  dan dibantah».

Mungkin ini adalah yang pertama kali  saya akan menjelaskan di dalamnya – dengan penuh rasa hormat dan penghargaan – dalam menyanggahnya dan menjelaskan kebenaran beserta dalil dan bukti – yang secara jelas mengungkapkan - sebagian dari apa yang dikatakan oleh beliau kepada saya atau koreksiannya kepada saya dan hal itu berdasarkan dari apa yang disebutkan dalam (Majlis Mahasiswa Falestina)dan saya berusaha dengan sepenuh kekuatan untuk menjaga pena saya dengan adab ilmu,dan kekuatan argumen – secara bersamaan -.

Dan ini semua – bagi setiap orang yang arif – 
adalah hak yang syari’  yang mu’tabar .


Dan barangsiapa yang menyangka bahwa kekuatan argumen dan kebenaran bertentangan dengan  adab  ilmu atau penghormatan terhadap ulama maka hendaklah dia menangisi  dirinya sendiri, seperti orang yang sesat dan jelek yang mensifatiku dengan zindik hanya karena aku menulis artikel yang telah lalu(Berlemah lembutlah kepada Syaikh Rabi).

Dan saya mengira bahwa syaikh – Semoga Allah memberikannya taufiq – akan bergembira dengan diskusi yang penuh kecintaan ini, karena hal ini akan membuahkan bagi syaikh – insya Allah –pembetulan pemahaman yang salah dan pembetulan kenyataan-kenyataan  dan ilmu.

… Dan Allah – Yang Maha Kuasa – berfirman  : (Dan, di atas orang yang berilmu ada Dzat Yang Maha Mengetahui) …

Dan aku akan membahas ucapan-ucapan syaikh  - semoga Allah melindunginya – dan kata-katanya yang membicarakan tentangku, kata demi kata dalam majlis tersebut, dan saya akan menyebutkan kebenaran yang sesuai dengan kenyataan, baik kebenaran  itu bagi saya atau bagi syaikh, dan Allah adalah Penolong orang-orang yang   benar.

1. Syaikh berkata : (Buku ini adalah sanggahan untuk  saya)!

Aku berkata : Yang dimaksudkan oleh  syaikh – semoga Allah melindunginya – 
adalah buku saya «Manhaj As-Salaf As-Shalih Fi Tarjih Al-Mashalih Wa Tathwih Al-Mafasid Wa Al-Qabaih Fi Ushuli An-Naqd Wa Al-Qabaih » telah terbit edisi revisi yang kedua dengan beberapa tambahan – segala puji bagi Allah

-. Seandainya kitab itu memang dimaksudkan untuk menyanggah beliau, apakah ia akan mencela semua kitab yang tujuannya untuk menyanggah ulama, siapapun dia dalam segi keutaamaan dan kedudukannya ?

Atau bahwa orang yang mencela buku – buku apa pun ia – karena buku tersebut menyelisihi kebenaran , dan bertentangan dengan petuntuk ?

Dan inilah sesuatu yang sangat ingin saya ketahui sampai saat ini, dan  saya tidak melihat pentingnya sanggahan-sanggahan beliau kepada saya setelah saya menelitinya.

Apakah ada satu orang  dari para ulama – secara keseluruhan– yang tidak boleh disanggah?

2. Syaikh Rabi berkata : (Saya sabar menghadapinya selama sepuluh tahun, dia bersama mereka, mendukung mereka, membela mereka dan saya tetap sabar).

Aku berkata : Yang dimaksud beliau – Semoga  Allah memberikan taufiq kepadanya – Bahwa ia  sabar dalam menghadapiku (Syaikh Ali) dalam hal yang beliau isaratkan yaitu mendukung dan membela mereka saja.
Adapun kesabaran, maka kita sama-sama mencurahkannya – Segala puji bagi Allah -. sebagaimana beliau melihat saya dalam posisi yang salah dari mereka [Yang beliau  maksudkan adalah Maghrawi, Urur, Abu Al-Hasan, kemudian Abu Ishak, dan Muhammad Hassan], saya – juga – melihat sikap beliau  terhadap mereka tidak benar – seharusnya kita saling menasehatkan dengan ilmu, dan saling mewasiatkan dengan petunjuk – maka apakah yang terjadi pada beliau ?

Kesabaran itu membutuhkan kasih sayang sebagaimana kesabaran itu tegak di atas kebenaran, dan kesabaran itu tidak dibatasi hanya ada pada satu orang dan  tidak terlarang dari seseorang! (dan saling menasehatilah kalian dengan penuh kesabaran dan saling menasehatilah kalian dengan penuh kasih sayang) …

Adapun aku bersama mereka, maka hal itu tidak benar, bahkan -demi Allah- aku hampir tidak bertemu dengan salah satu dari mereka dan tidak meneleponnya melainkan hanya sekali setahun atau dua tahun sekali , atau mungkin lebih dari dua tahun- dan Allah menjadi saksi atas hal itu – bahkan aku tidak berbicara dengan sebagian mereka dan tidak meneleponnya bertahun-tahun lamanya, lalu bagaimana bisa aku dikatakan bersama mereka ?

Jika yang diinginkan oleh syaikh : (Aku bersama dengan mereka) yaitu dalam pemikiran dan ide-ide,maka saya bersama mereka sebagaimana saya bersama dengan yang lainnya yang saya yakini sebagai seorang salafi walaupun dia salah dalam sebagian masalah, dan aku tidaklah bersama orang-orang hizbiyyah, takfiriyyah, qutbiyyah atau dengan orang-orang selain mereka yang menyimpang.

Adapun aku mendukung mereka – secara umum maka ini tidak benar juga – bahkan  aku menyelisihi sebagian dari pendapat mereka yang mereka anggap sebagai kebenaran tetapi saya tidak berpendapat seperti itu, dan saya menasehati mereka dalam masalah tersebut dan saya  memperingatkan kesalahan meraka dengan penuh kelembutan, kasih sayang  dan kesantunan.

Hal Ini adalah – 
tanpa menjatuhkan mereka dan membidahkan mereka sebagimana apa yang kita sepakati terhadap  mereka  dan orang-orang yang  seperti mereka – dengan Syaikh Rabi – di depan sekelompok para ulama – di rumahnya di Mekah – delapan tahun yang lalu, maka apa yang telah berubah dari beliau ?

Adapun saya membela mereka , maka  itu benar – dan aku masih membela mereka -, dalam hal yang aku berpendapat mereka dikritik dengan tidak benar, atau dikatan kepada mereka sesuatu yang tidak benar seperti : mubtadi’ / pembuat bid’ah, sesat, setan, pengikut dajjal,  quthbi / pengikut sayyid qutub, takfiri / yang suka mengkafirkan – dan yang lainnya - yang tidak mengandung – menurutku – satu segipun dari segi kebenaran.

Betul , mereka memiliki kesalahan, sebagaimana yang lainnya memiliki kesalahan-kesalahan padahal mereka itu adalah salafiyyin walaupun mereka ulama besar -, akan tetapi sanggahannya tidak separah itu atau tidak dengan sanggahan yang menyerupainya!

Dan jalan keluar dari permasalahan ini adalah : Saling berwasiat dan saling menasehati bukan dengan cara saling memboikot atau penyerangan yang dahsyat tanpa henti!

Dan harus diperhatikan - yang ke enam dan kesembilan – bahwa perbedaan para ulama ahli sunnah tentang kedudukan seseorang  dalam jarh wa ta’dil (komentar baik dan buruk) – dahulu dan sekarang –merupakan permasalahan khilafiyyah ilmiah yang mu’tabar.

Seperti perbedaan pendapat mereka – dahulu – tentang Ibnu Abi Yahya, dan perbedaan pendapat mereka – sekarang – tentang Ibnu Jibrin.

… Dan selain mereka, banyak juga para ulama yang diperselisihkan dalam jarh wa ta’dil!

3.Syaikh Rabi berkata : ( Dia menyanggah dengan satu buku atau dua buku, dan dengan situs internet yang jelek ).

Saya berkata (Syaikh Ali) : Bahkan jika bantahan itu dengan sepuluh buku; maka apa urusannya? Apakah kitab itu diejek karena ia adalah kitab ? atau

Apakah ejekan  itu diarahkan kepada kandungannya karena ia menyelisihi  kebenaran ?

Apakah ada seseorang yang berada di atas kritik dan sanggahan (tidak boleh dikritik dan disanggah) ?

Situs yang jelek yang dimaksudkan Syaikh Rabi adalah situs kita yang diberkati – Semoga Allah memberikan taufiq kepadanya – ( Situs semua salafi) dan ia adalah situs yang aku tidak mengizinkan – sekuat tenagaku- di dalamnya ada sesuatu yang mengusik Syaikh Rabi, baik itu celaan atau pencemaran nama baik, apalagi kejelekan yang lebih parah dari itu.

Dan apa yang luput dari saya, saya minta dari saudaraku yang mengikuti perkembangan situsku untuk menunjukanku kepada hal itu  agar saya segera menghapusnya.

Dan ini permintaan langsung dari saya yang ditujukan kepada saudara-saudaraku pengurus situs ini begitu juga kepada para anggota dan pengunjung.

Dengan pentingnya membedakan antara koreksi ilmiah yang bersih dan celaan yang tidak ilmiah yang tegak di atas pencemaran nama baik dan menjelek-jelekan dan mencampurkan antara keduanya merupakan pencemaran nama baik yang sebenarnya.

4. Syaikh Rabi berkata : Sekarang dia mencemarkan nama baikku, Ali Hasan tidak memujiku.

Saya berkata : Adapun saya mencemarkan nama baiknya maka ini tidak, seribu kali tidak, dan saya meminta bukti yang paling ringan terhadap pengakuan ini, dan kalian tidak akan menemukannya,adapun koreksi yang syari’ maka itu urusan yang lain, dan bagi setiap masalah ini ada babnya dan sebab-sebabnya, adapun saya tidak memujinya, maka memujinya secara hukum syari’ tidaklah wajib,seandainya kami berpendapat bahwa hal ini wajib maka hal ini adalah wajib kifayah bukan wajib ain,dan saya tidak mengira bahwa ada seseorang yang punya akal mengatakan bahwa pujian itu wajib kifayah atau wajib ain, bahkan yang benar dalam masalah ini dan kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa saya memujinya – semoga Allah memberikan taufiq kepadanya – sebagaimana saya memuji yang lainya dari para ulama.

Dan diantara pujian saya yang terakhir adalah : Jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada saya oleh para penanya untuk disebarkan di situs kita yang di dalamnya terdapat pujian untuk beliau, dan pengakuan terhadap keutamaannya, akan tetapi pujian dan keutaamaan tidak mewajibkan adanya kema’suman / keterjagaan dari kesalahan walaupun dalam segi kemaksuman yang paling rendah.

5. Syaikh Rabi berkata : Ali Hasan memberikan kekuasaan kepada anak kecil untuk melawan para ulama ; memuji mereka, memberikan rekomondasi kepada mereka, ia menegatakan : Rabi termasuk diantara para ulama padahal  dia memerangi saya (muharabah) dalam masalah ini.

A. Saya menjawab : Adapun memberikan kekuasaan kepada anak kecil untuk melawan para ulama,maka saya tidak tahu masalah ini dan saya tidak pernah menghayalkan adanya hal ini, dan apabila hal ini ada pada selainku maka saya tidak meridhainya, maka bagaimana saya memberikan kekuasaan kepada anak kecil sedangkan saya tidak mengenalnya dan saya tidak meridhainya, bagaimana aku memuji sesuatu yang tidak terjadi dan tidak  ada ?

Kemudian seandainya kita mengangap anak-anak kecil itu ada secara nyata dan ini merupakan ucapan untuk menghina mereka (masyayikh yang disebutkan namanya di atas yang syaikh ali bela), apakah anak-anak kecil dicegah untuk menerima kebenaran yang ada pada mereka (anak-anak   kecil )?

Apakah kebenaran itu dibatasi keberadaannya pada orang-orang yang tua secara umur, atau apakah terkadang yang kecil memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh orang besar ? dan terkadang orang besar salah melakukan sesuatu padahal anak kecil tidak salah dalam melakukannya ?

Dan dalam sungai-sungai yang kecil ada sesuatu yang tidak terdapat pada samudra yang luas”

Dan saya melihat kata-kata yang lembut dalam ucapan para ulama hadits yang dulu yaitu kata as-sobi / anak kecil ’ ; ucapan ini dikatakan sebagai jarh / komentar buruk bagi para perowi hadits yang tepercaya.

B. Adapaun Syaikh Rabi termasuk para ulama maka hal ini aku tidak menyekisihinya, dan saya menjadikan pengakuan ini sebagai ibadah kepada Allah dan ini merupakan pujian, maka perhatikanlah,akan tetapi saya melihat beliau seperti para ulama yang lainnya terkadang salah dan terkadang benar,terkadang mengetahui dan terkadang tidak mengetahui, terkadang menyanggah dan terkadang disanggah, dan tidaklah perkataan beliau merupakan tanda terhadap kebenaran bahkan mesti dengan dalil yang memuaskan dan hujjah yang nyata atas setiap perkataan, atau fatwa atau hukum, dan bukanlah sesuatu yang samar bahwa tidak setiap dalil itu memuaskan, kalaulah dalil yang dicari itu tidak harus memuaskan maka pastilah hadits (Air laut itu airnya suci) sebagai dalil rukunnya salam dalam shalat.

Maka ia adalah dalil bagi orang yang berpendapat demikian tanpa ada keraguan, akan tetapi dalil tersebut tidak memuaskan bahkan tidak mewajibkan yang lainnya untuk mengikutinya, maka tidaklah cukup kesahihan dalil  kecuali dengan benarnya segi pengambilan dalil dan ini menurut ilmu usul, dan dalam hal ini tidak layak berselish tentangnya dua orang yang bijaksana.

C. Adapun ali hasan memerangiku dalam permasalahan ini, maka memerangi siapa, bagaimana ini terjadi, dan di mana ?

Ini adalah pertanyaan – pertanyaan syari’ yang membutuhkan kepada jawaban yang jelas, disertai dengan bukti terhadap setiap pengakuan walaupun pengakuan itu sedikit, dan kalau tidak demikian maka pengakuan ini tertolak.

Dan hendaklah diprerhatikan – untuk yang ketiga dan keempat kalinya – terhadap perbedaan sanggahan dan memerangi (muharabah).

6. Syaikh Rabi berkata Ahmad Bazmul termasuk ulama , Ia Doktor, Ia Doktor dalam hadits dan Ali Hasan adalah penuntut ilmu

Bekata Syikh Ali : Saya tidak akan menjawab hal ini dengan panjang lebar, dan cukuplah kuku saya atas pensifatan syaikh kepada saya bahwa saya adalah penuntut ilmu, dan alhamdulillah ini adalah ucapan guru saya Al-Imam Al-Albani berkali – kali mensifati dirinya dengan penuntut ilmu dan beliau tidak menambah sifat tersebut dengan sifat yang lainnya, adapun perbandingan keutamaan apalgi tarjih / mana yang lebih kuat maka aku tidak berusaha untuk mencapainya dan tidak mengharapkannya akan tetapi aku akan meninggalkan penilaian dalam hal ini kepada sejarah dan orang -orang yang berakal dan tidak diragukan lagi bahwa mereka akan selalu ada, dan sebaliknya syikh Rabi – semoga Allah memberikan taufiq kepadanya – tidak akan menyelisihiku bahwa banyak orang yang memiliki gelar Doktor akan tetapi tidak berhak mendapatkan DR melainkan hanya salah satu dari hurup itu bisa hurup yang awal yaitu D atau yang akhir yaitu R.

7. Syikh Rabi berkata : Siapa guru – gurunya ?

Saya menjawab : Yang beliau maksud adalah saya, adapun guru-guru kami dalam sanad dan ijazah adalah guru kami Syaikh Hamad Al-Anshari dan guru kami Syaikh Badiuddin As-Sindi, guru kami Syaikh Atha’ulloh Hanif dan ini adalah 25 tahun yang lalu dan guru syaikh Ali Adam Al-Itstubi Al-Makki – semoga Allah menjaganya – dan yang lainnya,

adapun guru kami yang tidak ada bandinganya dan saya sangat bangga dengannya adalah As-Syaikh Al-Imam Al-faqih Al-Muhaddits Abu Abdirrahman Muhanmmad Nasiruddin Al-Albani yang mensifatiku dalam kebanyakan kitabnya dengan dengan muridku, sahabatku, saudaraku dan As-Syaikh mengisyaratkan kata-kata ini kepadaku atau beliau menukil ucapan dariku, maka mengapa ada orang yang meniadakan hal itu hanya dikarenakan kabar burung atau kesalahan pena dan tanpa ada ilmu dan penelitian ilmiyah.

8. Syaikh Rabi berkata : Dia belajar kepada Al-Albani, dalam kitab apa ia bermulazamah kepadanya, ia bermulazamah dalam kitab Sahih Bukhari , ia bermulazamah dalam kitab Sahih muslim, ia bermulazamah kepadanya dalam kitab Al-Aqidah At-Thahawiyyah ? dan mempelajari kitab-kitab tertentu ?

Saya berkaya : Saya beharap kepada syaikh Rabi untuk menjelaskan kepada kami dalil yang memuaskan terhadap apa yang ia isyaratkan bahwasanya berguru itu mesti dengan mulazamah ? dan mempelajari kitab-kitab tertentu

Ingatlah yang saya minta adalah dalil yang memuaskan bukan yang lainnya , dan kita tidak mengetahuiapa yang kita akan perbuat terhadap apa yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Mizzi, di dalam kebanyakan biografi kitabnya Al-Bahru (yang seperti lautan ilmu) yaitu Tahzibul kamal dan diantara mereka murid yang hanya mendengarkan satu hadits saja dan dari sebagian mereka Ada syaikh yang tidak mengajarkan melainkan hanya satu riwayat saja bahkan apa hukum Al-Munfaradat dan Al-Wuhdan dalam ilmu hadits ?

Dan saya sangat heran sekali dari orang yang tidak takut kepada Allah, dengan menisbatkan bahwa ia murid guru kami – Syaikh Al-Albani – dengan merasa bangga karena hadirnya dia di kajian beliau di universitas, dan belajar di universitas walaupun lama tapi hal ini adalah terbatas, pada waktu yang sama dia meniadakan pengakuan murid terhadap orang yang menemaninya (syaikh al-albani) tatkala safar, dan ia duduk di majlisnya tanpa terhitung ; tatkala beliau hadir dan Syaikh Al-Albani menyebutkan murid tersebut  dalam kitab-kitabnya dengan sebutan yang sangat banyak ?

Dan akirnya saya memberitahukan bahwasanya saya tidak mengetahui dari guru kami bahwa beliau mempelajari salah satu dari kitab-kitab yang telah disebutkan di atas kepada salah seorang syaikh dan tidak pernah bermulazamah kepadanya, terus apa yang akan kita katakana kepada syaikh al-albani ?

9. Syaikh Rabi berkata : Al-Albani tidak punya murid  ?
Saya menjawab :  Seandainya kita menerima adanya nukilan ini dari beliau
Maka penjelasaanya dari 4 segi :

Yang pertama : Bahasanya beliau menulis dengan tangannya sendiri di beberapa tempat yang lain secara tegas menetapkan bahwa ia mempunyai murid, dan yang menetapkan sesuatu didahulukan daripada yang meniadakan sesuatu sebagai mana hal ini sudah menjadi ketetepan dalam ilmu usul.

Yang kedua : Bahwa guru kami mengatakan hal ini adalah ketika beliau tidak punya murid kemudian setelah itu beliau mempunyai murid maka tidak ada pertentangan dalam hal ini.

Yang ketiga : Bahwa guru kami mengatakan hal ini karena rendah hati seperti yang dikatakan beliau di waktu yang lalu : Saya mengajarkan akan tetapi saya tidak mentarbiyahMaka orang-orang hizbiyyah menjadikan hal ini sebagai tangga untuk mencela beliau dan metode beliau.

Yang keempat : Menerima dan menyebarkan ucapan bahwa guru kami tidak punya murid adalah celaan secara tidak langsung bahkan ini celaan secara langsung kepada guru kami, maka bagaimanakah keadaan seorang syaikh siapapun dia yang telah menghabiskan seperempat abad umurnya untuk mengajar kemudian dia tidak punya murid, maka bagaimana jika guru yang tidak punya murid tersebut adalah al-albani dan saya tidak mengira bahwa syaikh Rabi menginginkan makna ini, maka kalau begitu makna apa yang beliau inginkan dari ucapannya ?

10. Syaikh Rabi berkata : Al-Albani dengan suaranya mengatakan hal itu dan kita mengetahui kenyataan ) ini sebagai jawaban atas orang yang berkata kepadanya  dengan menukil dari al-albani : Dia menulis (bahwa ia muridmu) ya syaikh dia menulis (bahwa ia muridmu)  wahai syaikh

Maka saya tidak tahu siapakah yang buktinya paling kuat, kalimat dalam kaset yang tidak diketahui  tempatnya dan waktunya dan  keadaannya , ataukah kalimat ini terdapat dalam kitab syaikh al-albani yang terpercaya diketahui tanggalnya dan keadaanya, adapun mengetahui kenyataan maka dari siapa dan bagaimana dan di mana ? dan ini adalah pertanya-pertanyaan syari’ yang membutuhkan jawaban,bukankah ini juga pertanyaan-pertanyaan syari’ yang saya mengira bahwa saya tidak akan mendaptkan jawabannya, dan apabila ditemukan jawabannya maka dimanakah ia ? dan bagaimana apabila jawaban itu dikesempatan yang lain ?

11. Syaikh Rabi berkata : Tidaklah laki-laki ini melainkan muridnya Syaqqrah.

Saya menjawab : Begitulah beliau berkata dan yang dimaksud adalah saya, bagaimana saya bisa menjadi murid Syaqrah padahal saya belum belajar kepadanya satu kitabpun dan saya tidak bermulazamah kepadaya dalam sahih bukhari, muslim dan at-thahawiyah dan yang lainnya, maka kenapa engkau menetapkan saya murid syaqrah disini sementara engkau meniadakan bahwa saya murid al-albani  disana ?.

Dan merupakan kesempatan yang baik apabila saya menyebutkan perkataan Syaqrah : At-Tohawiyyah adalah injilnya orang – orang salafi. Maka apakah yang menjadikan beliau menjadikan saya murid syaqrah dan tidak menjadikan saya murid bagi imam al-albani padahal  kenyataanya itu satu ?

Yang kedua : apakah tidak sampai kepada beliau bahwa saya telah menyelisishi syaqrah; mebuangnya, menyanggahnya, dan beliau – semoga Allah meberinya hidayah –  pembela sayid qutub dan ikhwani , takfiri dan seperti bunglon, maka permuridan jenis apakah ini seandainya permuridan tersebut masih ada ?

Yang ketiga : Syaikh Rabi menganggap dirinya murid Syaikh Al-Albani karena dia hadir dimuhadarah beliau di jami’ah islamiyah madinah dan ini adalah haknya untuk menjelaskan penjelasan yang telah lalu , kenapa dia tidak mengangap dirinya murid syaqrah yang telah mengajarnya di muhadarah di jamiah islamiyyah, dan ini merupakan sesuatu yang tidak terduga bagi kebanyakan orang.

Maka siapakah sebenarnya yang murid syaqrah itu?

Apabila dikatakan Syaikh Rabi telah menyelisihinya, maka kita katakan : Kami sudah menyekisihinyasebelum beliau menyelusihinya dan dengan seuatu yang lebih kuat dan lebih jelas,

Bahkan saya telah mendengar dari syaikh Rabi sendiri bahwa dia segan untuk menyanggah sebagian kebatilan syaqrah karena ia telah mengajarnya di jamiah islamiyyah, apakah hal ini menghalangi beliau untuk menjelaskan kebenaran ?
Subhanallah, dan dalam akhir bagian yang pertama dari dikusi ini saya akan mengingatkan syaikh Rabi dengan nasihatnya untuk penduduk yaman dan saya telah menukil ucapan beliau ini dalam kitab manhaj salaf sholih halaman 423 cetakan ke 2 .

Telah meneleponku (aku = syaikh Rabi) Syaikh Muqbil bin Hadi AL-Wad’ie sekali : Ia berkata : Telah sampai kepadaku bahwa engkau mengatakan tentang halaqah – halaqah kami bahwa kami adalah hizbiyyun ?

saya (syaikh Rabi) tidak mengingat bahwa saya telah menggucapkan perkataan  ini dahulu, akan tetapi saya berkata sekarang : Iya, saya telah mengucapkan perkatan tersebut (bahwa halaqah-halaqah kalian adalah hizbiyyah), karena sesungguhnya tukang  fitnah akan menjadikan bagi tokoh yang penting teman – teman setia, mereka menjadikan bagi syaikh al-albani teman-teman setia, dan bagi syaikh ibnu baaz teman setia dan bagi para pemimpin menjadikan teman-teman setia dan bagi setiap ulama  menjadikan teman setia untuk mencapai tujuan mereka dari teman-teman setia ini, maka kita tidak merasa aman terhadap tipuan-tipuan .

Maka saya sangat berharap dari syaikh Rabi – karena beliau adalah tokoh yang sangat penting sekali di hari ini – untuk meperhatikan teman sejati dari satu sisi  dan menjauhi  tipuan – tipuanya dari sisi yang lain karena saya tidak melihat hal yang lebih banyak pengaruhnya terhadap syaikh Rabi dalam pernyataan-pernyataan terhadap saya melainkan  kebanyakannya merupakan pengaruh dari mereka atau tumbuh dari mereka, semoga Allah memperlihatkan beliau tentang mereka dan menyingkapkan mereka – dengan karuniaNya – bagi beliau sebagaimana Allah telah menyingkapkan bagi beliau orang – orang yang sebelum mereka dan Allah Maha mengetahui mereka , dan tidaklah Syaikh Rabi di hari ini lebih utama dari Al-Albani dan di hari yang lalu dari Ibnu Baaz semoga Allah merahmati mereka tatkala hidup dan sesudah mereka meninggal.

(tunggu kelanjutannya)

(Makalah ini diterjemahkan oleh Abu Wafiyyah Zamzam Al-Hawari dari www.alhalaby.com/play.php?catsmktba=1888, saya memohon dari para ikhwah yang membaca terjemahan ini untuk memberikan masukan apabila  mendapatkan kekeliruan dalam terjemahan ini, semoga Allah Membalas ikhwah semua  dengan kebaikan!

Ya Allah tolonglah guru kami As-Syaikh Al-Muhaddits Ali Hasan AL-Halabi dari orang-orang yang mendzaliminya – beliau adalah pewaris ilmu Amirul Mu’minin Fi Al-Hadits Al-Imam Al-‘Allamah Muhammad Nasiruddin Al-Abani yang kami merasa ada sesuatu yang kurang apabila kami menyebutkan suatu hadits tapi kami tidak menyebutkan pendapat Al-Imam AL-Albani tentang hadits tersebut).

1 Response to "JAWABAN SYAIKH ALI TERHADAP PERNYATAAN SYAIKH RABI"

  1. Anonim Says:

    Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya ada usul, sebaiknya tulisannya tidak usah pakai diwarnai merah, hijau, dan biru; cukuplah dengan satu warna, hitam. Itu akan menjadikan mudah terbaca. Baarakallahu fiikum.

Leave a Reply