| Subcribe via RSS

Browse > Home / / Blog Article: Mengapa Saya Membela Syaikh Ali Hasan Hafidzahulah?

Mengapa Saya Membela Syaikh Ali Hasan Hafidzahulah?

Rabu, 27 Oktober 2010 | Posted in

Menyempurnakan makalah : Perkataan yang adil dan terpercaya tentang diskusi Syaikh Rabi’ di majlisnya dengan orang-orang Falestina. ( Bagian ke 2 ).

11. Berkata Syaikh Rabi’ : Ali Hasan dan yang semisalnya meminta Al-Abbad (Al-‘Allamah Abdul Muhsin Al-Abbad Al-Badr -hafidzahulah-) untuk menyusun kitab : Berlemah lembutlah engkau wahai ahlu sunnah kepada ahlu sunnah.

Saya berkata  : Allah dan orang-orang yang bijaksana dari hamba – hamba Allah mengetahui bahwa  perkataan ini tidak memiliki dalil sama sekali, bahkan di hari itu akupun dikagetkan dengan munculnya kitab ini (Berlemah lembutlah engkau wahai ahlu sunnah kepada ahlu sunnah) dan saya tidak mengetahui sedikitpun tentang buku ini sebelum kemunculannya.

Bahkan aku menulis dalam majalahku Al-Asholah makalah  yang khusus berkaitan dengan kitab ini –ketika kemuculannya – saya mengkritiknya dalam beberapa poin walaupun saya sependapat dengan buku ini secara global, dan kita tidak hanya punya hitam putih saja

Maka saya tidak tahu – dan inilah keadaan saya – bagaimana saya dan orang yang semisal dengan saya dianggap termasuk diantara orang – orang yang meminta syaikh Al-Abbad untuk mengarang kitab ini ?

Dengan memberikan isyarat – di sini – bahwasanya risalah Fadhilah Ustadz Syaikh Al-Abbadmenunjukkan secara yakin bahwasanya beliau membaca, menelaah dan mengetahui bahkan beliau mengetahui sekali, tidak sebagaimana yang digembar-gemborkan dan disebarluaskan oleh orang banyak dan para pengikut mereka yang berbeda dengan kenyataan.

Perhatian !


Telah terjadi dalam majlis tersebut perkataan yang lain seputar Syaikh Al-Abbad, saya melihat perkataan tersebut merupakan perbuatan jelek terhadap beliau, akan tetapi saya berpegang kepada syarat saya dalam diskusi ini yaitu  : Saya tidak membahas di dalamnya kecuali sesuatu yang berhubungan dengan saya, yaitu kritikan Syaikh Rabi’ kepada saya – semoga Allah memaafkannya – ,dengan meninggalkan kesempatan untuk membantah Syaikh Rabi’ kepada  selainku yaitu orang yang ahli dari kalangan  saudara-saudaraku dan anak – anakku – dengan bantahan yang penuh dengan hujjah dan adab ilmu –.

12. Kemudian Syaikh Rabi’ berkata – mengajak bicara teman-teman kita dari Falestina – : Demi Allah seandainya timbangan kalian adalah kitabullah, sunnah dan perkataan salaf shalih kalian tidak akan menolong Ali Hasan walaupun dengan satu kata.

Saya berkata : Semoga Allah memaafkan Fadhilah Syaikh Rabi’ dan membaguskan ahir hayatnya, Apakah Ali Hasan menyelisihi alquran, sunnah dan perkataan salaf sehingga dia tidak sama dengan salaf walaupun dalam satu kata ?

Mahasuci Allah, apakah sampai pada tingkatan ini, apakah saya tidak memiliki walaupun satu kata yang sama dengan kitabullah, sunnah dan ucapan salaf, atau maksudnya aku tidak sama dengan kitabullah, sunnah dan ucapan salaf walaupun satu kata dalam hal yang Syaikh megkritikku ?

Jikalau yang dimaksud adalah yang pertama ( bahwa syaikh Ali Hasan  menyelisihi kitabullah , sunnah dan salaf  dan tidak ada satu perkataanpun bagi beliau yang sama dengan salaf) maka kita telah melipatkan tikar ( mengakhiri diskusi ) dan kita menghalalkan berjaga-jaga diperbatasan untuk perang,jikalau yang dimaksud adalah yang kedua maka saya akan selalu meminta , apakah permasalahan itu ?

dan bagaimanakah ia ?

apakah ia pembahasan muwazanah ?

atau pembahasan perbedaan aqidah dan manhaj ?

atau pembahasan yayasan ihya turots ?

atau pembahasan kritikan dengan penjelasan ( jarh mufassar ) ?

atau pembahasan berita orang yang terpercaya (khobar tsiqoh) ?

atau pembahasan kritikan dan pujian (jarh dan ta’dil) ?

atau pembahasan kritikan kepada si pulan dan pencacatan kepada si alan ?

mahasuci Allah !!

Semuanya permasalahan ini – dengan semua pemaparannya – telah digambarkan kepada Syaikh dengan gambaran yang buruk, kalau tidak demikian maka saya dalam permasalahan-permasalahan ini mempunyai penjelasan yang jelas dan mepunyai pendahulu dari kalangan salaf  yang terhormat dan kuat – dihadapan fadhilah Syaikh Rabi’ dan yang lainnya – .

Maka apakah yang terjadi ?

kenapa Syaikh memberikan kepada mereka kesempatan untuk mencelaku di waktu yang mana Beliau  tidak memberikan izin  kepada mereka untuk mengkritik mereka (para penghasut syaikh) ?.

Atau apakah mereka memanjangkan  dindingku ( melindungiku ) dan memendekan dinding-dinding mereka ( membuka keburukan para penghasut Syaikh Rabi’ ) ? ,

wahai Syaikh !

Ini semuanya adalah masalah – masalah  ijtihadiyah dan perbedaan pendapat dalam masalah ini adalah boleh dan diakui masih ada dalam bingkai manhaj salaf dan para ulamanya, dan saya tidak mengira – siapapun dia – yang mengklaim bahwasanya masalah – masalah ini adalah masalah – masalah yang qot’i atau bahwasanya perbedaan pendapat dalam masalah – masalah ini adalah perbedaan antara sunnah dan bid’ah.

Maka apakah yang telah di bolak – balikan oleh hari ini agar engkau meninggalkan kaidah salafiyyah yang benar ?

Apakah hukum terhadap masalah – masalah ini dengan menyalahkannya atau dengan membid’ahkannyamenjadikan orang yang mengatakannya ahli bid’ah sebagaimana keadaan perbedaan pendapat dalam masalah – masalah yang besar seperti masalah iman, qodar, sifat-sifat Allah, dan yang semisalnya ?

Apakah ini temasuk dari kaidah – kaidah salaf dalam membid’ahkan ?

apakah tingkatan – tingkatan bid’ah dan membidahkan itu sama ?

dan apakah seperti ini penerapan salaf – semoga Allah merahmati mereka – terhadap kaidah ini ?.

13. Berkata Syaikh Rabi’ – semoga Allah menjaga beliau –  : Demi Allah, demi Allah sesungguhnya Abul Hasan dan Urur  seratus kali  lebih jelek, lebih bobrok, lebih dusta, lebih kasar dan lebih menjijikan dari Salman Al-Audah, saya menyanggah Safar Hawali beberapa kali dan tidaklah ia menjawab walaupun dengan satu kata, Salman Al-Audah saya menyanggahnya dengan kitab Ahlul Hadits Hum At-Thaifah Al-Manshurah, dan Ali Hasan tatkala terkepung dia mengatakan : Al-Jarh wa At-Ta’dil. Dia tidak mempunyai dalil dari kitabullah dan sunnah, dan dia berkata : Kesalahan lafadz, kesalahan lafadz, demi Allah dia tidak menjawab kepadaku dengan hujjah yang lainnya, dan nanti akan muncul dalam kitabnya ; dia menetapkan dalam kitabnya, dia tidak menjawab kepadaku dengan selain hujjah ini, dan nanti akan muncul perkataannya yang kedua mengakui bahwa ia salah, ini dalah kesalahan yang besar.

Saya berkata : Saya akan keluar sedikit dari syarat saya dalam diskusi ini, Apakah keadaan bobrok, dusta, kasar, jijiknya Abul Hasan dan Adnan Urur -lebih parah  dari  Safar dan Salman - sebagaimana Syaikh Rabi’ mengungkapkannya kembali kepada sebab bahwa Abul Hasan dan Urur menyanggah kepada Syaikh Rabi’ sementara  Safar dan Salman sama sekali tidak menyanggahnya ?.

Ini adalah lahiriyah dari perkataannya, apabila Fadhilah Syaikh berkata : Saya tidak bermaksud demikian,maka  kita akan menerimanya dengan segera  - maka apakah yang diinginkan beliau – lahiriyah perkataannya atau yang lainnya ?

Apakah hanya karena menyanggah – sanggahan apapun ia – menjadikan pelakunya lebih kasar, lebih menjijikan, lebih pendusta, kemudian tidak adanya sanggahan menyelamatkan pelakunya dari hal tersebut seratus kali ?.

Saya berharap ini bukan maksud Syaikh Rabi’ ; walaupun ini adah lafadz dan nash dari ucapannya!

Dan alangkah indahnya sebuah perkataan : Maksud dalam hati tidak bisa menolak lafadz yang diucapkan. Akan tetapi ; harus dengan kasih sayang dan kelembutan bukan dengan kemarahan dan balas dendam.

Adapun permasalahan Al-Jarh Wa At-Ta’dil maka saya telah mengupas sikap saya dan menjelaskan maksud saya tentangnya, dan saya telah menyingkapkan maksud saya dalam masalah tersebut dengan sesuatu yang tidak perlu ditambah lagi yaitu dalam cetakan kedua dari kitab saya ( Manhaj As-Salaf As-shalih) halaman 133 -140 dan di sana saya telah menukil perkataan Syaikh Rabi’ Bin Hadi sendiri – semoga Allah meberikan taufiq kepadanya – dalam sebagian kitabnya seputar ilmu AL-Jarh Wa At-Ta’dilbahwasanya ia diciptakan untuk menjaga agama dan untuk menempatkan seseorang pada tempatnya …..

Apakah dikatakan kepada sesuatu yang memiliki dalil dari kitabullah dan sunnah bahwasanya ia diciptakan ?,

maka yang dimaksud dalil-dalil yang menetapkan ; adalah  dalil- dalil  yang mensyariatkannya ……

dan yang dimaksud dengan menciptakan adalah sesuatu yang baru : pembagiannya, jenis-jenisnya yang sebelumnya belum ada.

Maka yang diinginkan beliau itulah yang saya inginkan dan apa yang dimaksudan oleh beliau itulah yang saya maksudkan, dan jika lafadz dan ungkapan saya – yang sebelumnya dan yang sesudahnya – itu menghianati saya maka siapakah anak manusia yang tidak luput dari hal itu (tidak pernah salah).

Dipuji dan dicela padahal kamu tidak melampui batas kedua sifat itu
Dan kebenaran itu terkadang tercampuri dengan jeleknya pengungkapan

Dan apakah hal ini dimaafkan dari selainku dan tidak dimaafkan jika dilakukan olehku ?

Maka kenapa demikian ?

dan apakah yang membedakannya ?

dan adapun perkataan Faddhilah Syaikh : Nanti akan datang perkataannya yang kedua dalam kitabnya yang menetapkan bahwa ia salahmaka saya mengira kesalahan dalam ucapan ini disebabkan  penukilan teman-teman setianya yang jelek – semoga Allah memberikan petunjuk kepada mereka – .

Saya dalam kitab tersebut sama sekali tidak menetapkan bahwa saya salah, akan tetapi saya hanya menjelaskan maksud dan keinginan saya sebagai jawaban  bagi orang yang mempunyai masalah dengan ucapan saya …

dan saya tidak mengira bahwa Fadhilah Syaih Rabi’ memahami kitab saya sebagaimana orang yang memahami bahwasanya saya menyalahkan diri saya di dalam kitab tersebut, akan tetapi jikalau pada hakikatnya saya menyalahkan diri saya  dalam buku saya, bukankah itu yang engkau inginkan wahai Fadhilah Syaikh ?

kenapa engkau mencela saya ? akan tetapi kebenaran itu apa yang telah saya sebutkan dalam kitab saya, maka saya tidak akan memperpanjang pembicaraan.

14. Kemudian Dia  ( Ali Hasan ) mensifati para sahabat seperti buih !

Saya berkata : Maka ini – Demi  Rabb Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam – tidak pernah terjadi dan tidak akan terjadi selama dalam keringatku terdapat harumnya sunnah ( selama aku berpegang teguh kepada sunnah ), saya memohon kepada Allah untuk memberikan kepada kita keteguhan di atas sunnah dan wafat di atas keimaanan dan jika saya tidak demikian maka ini adalah jurang kehancuran dan kebinasaanku – semoga Allah melindungi aku dan kalian -.

Adapun apabila yang dimaksudkan oleh Fadhilah Syaikh tentang sikapku terhadap orang yang mengatakan ucapan ini ( para sahabat seperti buih ) maka sikapku seperti sikap guru kami Fadhilah Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad – semoga Allah menjaganya – dan ini adalah sikapku yang diumumkan,dikenal, tersebar luas dan jawaban yang terkenal yang mencakup sanggahan, peniadaan dan kritikan terhadap kalimat ini, yang mengucapkannya dan yang menukilnya atau yang ridha terhadapnya dan saya tidak akan memperpanjang pembahasan ini karena hal ini sangat jelas dan tersingkap permasalahannya dengan mengisyaratkan kepada para pembaca yang bijaksana - akan tetapi di manakah mereka kepada – kitabku ( Ithaf As-Sail Wa Ifham Al-Jahil Bima Warada Fi As-Shahabah Al- Asayil Min Al-Fadhail).

Dan kitab ini sudah dicetak . Inilah hal yang Allah menolongku untuk melakukannya di pertemuan ini dengan meminta kepada Allah taufiq, kebenaran dan petunjuk bagiku dan Fadhilah Syaikh Rabi’ dan menjauhkan kami semua dari kekeliruan dan sahabat – sahabat setia yang jelek sambil berdoa dengan doa nabawi yang dirwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab shohinya dari Aisyah – RodhiAllahu ‘Anha – :

اللهمَّ مَن وَلِيَ مِن أمرِ أُمَّتِي شيئاً فشَقَّ عليهم : فاشْقُق عليه، ومَن وَلِيَ مِن أمرِ أُمَّتِي شيئاً فرَفَقَ بهم : فارْفُق به.

Ya Allah barang siapa yang memegang sebagian urusan ummatku kemudian ia menyusahkan merekamaka susahkanlah ia dan barang siapa yang memegang urusan ummatku kemudian ia berlemah lembut kepada mereka maka berlemah lembutlah kepadanya.

(Ditejemahkan oleh Abu Wafiyyah Zamzam Al-Hawari dari situs guru kami yang tercinta Al-‘Allamah Al-Muhaddits Ali Hasan Bin Abdul Hamid Al-Halabi hafidzahulah http://www.alhalaby.com/play.php?catsmktba=1907 ).

0 Responses to "Mengapa Saya Membela Syaikh Ali Hasan Hafidzahulah?"

Leave a Reply