| Subcribe via RSS

Browse > Home / / Blog Article: Ada apa dengan Asy Syaikh Abdul Malik Ramadhany Al Jaza’iry

Ada apa dengan Asy Syaikh Abdul Malik Ramadhany Al Jaza’iry

Senin, 26 November 2012 | Posted in


Masih ingat dengan kisah Al Akh Abdul Ghafur Ash Shahrawy seorang penuntut ilmu yang bertaubat dari manhaj para pencela ??? (lihat di sini : http://www.facebook.com/notes/abul-aswad-al-bayaty/segala-puji-bagi-allah-yang-telah-menganugerahkan-hidayah-untuk-meninggalkan-man/10151099682565614). (Atau baca artikel di blog ini dg judul "Segala puji bagi Alloh yang telah menganugerahkan hidayah untuk meninggalkan manhaj para pencela)

Setelah bertaubat dan meminta maaf kepada Syaikh Ali Hasan Al Halaby, kali ini beliau menulis makalah tentang Asy Syaikh Abdul Malik Ramadhany Al Jaza’iry. Salah satu murid senior dari Asy Syaikhul ‘Abbad sekaligus penulis kitab yang terkenal berjudul “Madarikun Nadzar Fis Siyasah” yang bisa di bilang merupakan salah satu rujukan utama dalam buku berjudul “Mereka Adalah Teroris” tulisan Al Ustadz Luqman Ba’abduh (setau saya beliau adalah pimpinan ma’had As Salafy di jember wallahu a’lam).

Dan Asy Syaikh Abdul Malik ini sudah menjadi salah satu korban tahdzir (terbaru) dari ghulatut tajrih. Disamping beliau ada banyak sekali ulama lain yang sudah mulai berjatuhan menjadi korban serupa. Seperti Syaikh Abdul Aziz Ar Rayyis, Syaikh Salim Ath Thawil, Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily, Asy Syaikh Sulthan Al ‘Id, Syaikh Mukhtar At Tibawi dan lain-lain banyak sekali.

Tapi yang aneh Syaikh Abdul Malik Ramadhany ini di tahdzir gara-gara tidak mau ikut-ikutan mencela Syaikh Ali Hasan Al Halaby. Mungkin karena terkena imbas dari kaidah-nya ghulatut tajrih “Jika kamu tidak mau membid’ahkan ahli bid’ah, maka berarti kamu juga ahli bid’ah”.

Baiklah mari kita simak sejenak goresan tinta dari Al Akh Abdul Ghafur Ash Shahrawy semoga kita mendapatkan manfaat :

الحمد لله وحده والصلاة والسلام على من لا نبي بعده

Syaikh Abdul Aziz Al Bura’i –semoga Allah mengampuninya- telah ditanya di majlis beliau tentang kondisi beberapa da’i diantaranya dua orang syaikh yang memiliki keutamaan, Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby & Syaikh Abdul Malik Ramadhany.

Dan yang aneh, si penanya dengan konteks pertanyaannya bermaksud menjelekkan beliau berdua disamping juga menjelekkan Al Maghamisi , , , Sa’id bin Musfir , , , Muhammad Asy Syinqity , , , dan Al Munajjid , , , dan Syaqrah. Apa yang akan ditanggung penanya jika ia menambahkan Sayyid Qutb, Al Qardhawy, dan Adnan Ibrahim.

Yang jelas pertanyaan tersebut sudah di-set sedemikian rupa, dan bahwa kedua orang Syaikh yang memiliki keutamaan tersebut di sisi mereka adalah orang yang terjerumus ke dalam kebid’ahan serta keburukan.

Lantas Syaikh Abdul Aziz Al Bura’i menjawab dengan jawaban yang akan aku nukilkan di sini sebagiannya disertai dengan komentarku sesuai dengan kebutuhan.

Syaikh Abdul Aziz Al Bura’i berkata : “Abdul Malik Ramadhany diam saja akan tetapi ia bersama Ali bin Hasan. Ini yang aku ketahui tentang dia, dan para ikhwan di Madinah sangat menyayangkan tindakannya ini, para masyayikh menyayangkan tindakannya ini, karena dia memuji Ali bin Hasan”.

Perkataan Syaikh Abdul Aziz Al Bura’i bahwa “Para masyayikh Madinah menyayangkan tindakan Syaikh Abdul Malik Ramadhany “ harus di jelaskan. Siapakah gerangan para masyayikh yang dimaksud ??? Karena penyebutan yang mutlak seperti ini menimbulkan asumsi seolah-olah para masyayikh yang menyayangkan tindakan Syaikh Abdul Malik Ramadhany banyak sekali jumlahnya. Padahal kenyataannya cuma dua saja dan tidak ada yang ketiga, mereka adalah Syaikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhaly & Syaikh Ubaid Al Jabiry –semoga Allag menganugerahkan taufik bagi beliau berdua-.

Adapun para ulama salafiyyun di Madinah seperti : Asy Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad, dan putra beliau Syaikh Abdurrazaq Al Badr, dan Syaikh Ibrahim Ar Ruhaily, dan Syaikh Shalih As Suhaimy, dan Syaikh Husain Alu Syaikh, mereka semua ini tidak menyayangkan tindakan Syaikh Abdul malik Ramadhany, bahkan mereka memuji beliau, menasehatkan agar mengambil ilmu dari beliau serta memperingatkan agar jangan mencela beliau.



Bahkan Syaikh Abdul Malik Ramadhany ini adalah murid dari sebagian masyayikh Madinah tersebut di atas. Maka perkataan Syaikh Al Bura’i “Para masyayikh menyayangkan tindakannya” ini adalah bentuk tadlis bagi orang yang mendengar. Seharusnya beliau menyebutkan nama siapa masyayikh yang menyayangkan tindakan Syaikh Abdul Malik Ramdhany, karena beliau ini sedang membantah dan orang yang membantah itu harus merinci tidak boleh global seperti ini.

Kemudian anggaplah memang masyayikh yang menyayangkan tindakan Syaikh Abdul Malik Ramadhany tersebut berjumlah empat atau lima atau bahkan enam, apakah masyayikh Madinah hanya mereka saja ???

Lantas bagaimana pula bisa dibenarkan perkataan Syaikh Al Bura’i bahwa Syaikh Abdul Malik diam kemudian beliau menyangka bahwa Syaikh Abdul Malik memuji Ali bin Hasan ??? bukankah ini kontradiksi namanya ???

Dan kenyataan yang terjadi yang sudah sangat ma’ruf adalah Syaikh Abdul Malik Ramadhany tidak mau menerima celaan Syaikh Rabi’ terhadap Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby karena beliau tidak mendapati adanya dalil yang jelas serta gamblang. Dan karena hal ini pula beliau justru membela Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby dan beliau tidak diam sebagaimana yang disangkakan.

Sikap Syaikh Abdul Malik Ramadhany ini sesuai/sama dengan sikap gurunya Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad, sesuai sikap para syaikh yang lain seperti Mufti umum Saudi Arabia Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh dan Syaikh Sa’ad Al Hushain (yang dijuluki oleh Syaikh Al Fauzan sebagai Al ‘Allamah), demikian pula ahli hadis besar Muhammad bin Ali Al Itsyuby (yang dipuji oleh Imam Albani, Mufti saudi, serta Syaikh Muqbil –lihat muqaddimah kitab beliau berjudul Dzakhiratul Uqba Fi Syarhil Mujtaba), demikian pula Al ‘Allamah Hamdi Abdul Majid As Salafy (yang di beri rekomendasi oleh Imam Albani & Syaikh Rabi’, dan beliau baru saja meninggal tgl 18 dzulq’dah 1433H/4 okt 2012), demikian pula Al ‘Allamah Wasiyyullah Abbas, demikian pula menteri agama sekaligus ulama serta muhaqqiq, Syaikh Shalih Alu Syaikh (dan beliau adalah beliau dengan segala keutamaannya).

Lantas atas dasar apa Syaikh Al Bura’i & Masyayikh Madinah (dalam tanda kutip-pent) menyayangkan tindakan Syaikh Abdul Malik Ramadhany, sedangkan banyak sekali para ulama tidak sependapat dengan hal itu.

Apakah Syaikh Abdul Malik Ramadhany wajib mengikuti segala perkataan masyayikh Madinah (dalam tanda kutip-pent) sampai mereka ridha terhadap beliau ??? sungguh ini adalah bentuk penghancuran terhadap pokok dakwah salafiyyah yang dibangun di atas ittiba’ dan bukan dibangaun diatas taklid.

Kemudian Syaikh Al Bura’i beralih membicarakan Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby : “Dia ini sudah dibantah ketika dia memuji risalah Amman. Apakah dia menjawab dengan baik, dia menolak dengan permusuhan, dia berkata –barokallahu fikum- mengomentari peringatan besar ini “Semoga Allah bersyukur pada kalian atas peringatan ini, saya kurang teliti saya demikian , , , demikian , , , perkataan saya sama dengan kalian , , , dakwah saya sama dengan kalian”. Dia ini membalikkan permasalahan sebagai bentuk permusuhan.”

Aku (Abdul Ghafur Ash Shahrawy) katakan : Apakah nasehat yang diarahkan pada Syaikh Ali Hasan Al Halaby itu nasehat yang tenang dan santun ??? ataukah justru berupa celaan, makian serta menghukumi terlebih dahulu bahwa Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby itu adalah ahli bid’ah yang paling bandel, kadzdzab (pendusta), lebih jelek dari Muhammad Abduh, serta memiliki faham penyatuan agama , , , Apakah ini nasehat yang wajib bagi Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby untuk tidak menolaknya ???

Atau dimanakah letak permusuhan dalam jawaban Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby ??? aku bersumpah demi Allah Yang Maha Agung aku telah membaca hampir seluruh pembelaan Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby atas diri beliau, aku tidak mendapati di dalamnya melainkan kesantunan, kelemah-lembutan, kesabaran, hikmah dan senantiasa mengajak bicara Syaikh Rabi’ & para pengikutnya dengan gelaran ilmu, mendoakan kebaikan, mendoakan agar ditunjukkan kebenaran, mendoakan panjang umur, mendoakan agar senantiasa dijaga oleh Allah dan diberikan taufik , , , Dimana letak permusuhan itu wahai Syaikh kami Al Bura’i (karena penulis sebelumnya berada satu barisan dengan beliau dalam mencela Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby-pent).

Lalu dikatakan pula : Selama ini Syaikh Rabi’ & para pengikutnya dinasehati serta dijelaskan kesalahan-kesalahannya, apakah mereka mau rujuk sehari saja ??? apakah mereka mau kembali dan beristighfar ???

Apakah Syaikh Rabi' rujuk dari perkataannya ketika mensifati khawarij itu beraqidah salafiyyah ??? dan ketika beliau mensifati ikhwanul muslimin, bahwa di kalangan mereka ada salafiyyin juga ???

Dan ketika membicarakan Allah dengan sesuatu yang tidak layak bagi Allah sebagaimana perkataan beliau “Allah itu Askariy”, “Allah Murji’”, dan ketika menisbatkan sifat lisan bagi Allah ???

Apakah Syaikh Rabi’ rujuk dari perkataannya bahwa Syaikh Ibnu Baz telah mencela salafiyyah dengan celaan yang dahsyat, dan bahwasanya Syaikh Al ‘Abbad itu orang di sekelilingnya adalah orang-orang jahat ??? dan ketika Syaikh Rabi' mensifati bahwa salafy beliau lebih kuat dari salafy-nya Imam Al Albani rahimahullah ???

Dan persangkaan beliau bahwa Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah menyelisihi salaf dalam hal menimbang maslahat dan mafsadat di dalam hajr ??? Apakah Syaikh Rabi’ ruju’ dari perkataannya bahwa burung Hud-Hud lebih memahami waqi’ dari pada Sulaiman ‘alaihis salam ??? dan dari provokasinya terhadap bangsa Libya agar memberontak dengan senjata untuk melawan pemerintah di Libya ?? dan , , , dan , , , dan, , , dan banyak sekali.

Dan selama ini ikhwah di forum diskusi kulalsalafiyeen.com menjelaskan kesalahan-kesalahan beliau serta ketergelinciran beliau akan tetapi beliau membalasnya dengan celaan dan makian, dan kami tidak melihat dari beliau satu saja rujuknya beliau. Syaikh Rabi’ juga tidak mengatakan kepada para ikhwah di forum diskusi kulalsalafiyeen.com “Semoga Allah memberkahi kalian atas peringatan yang besar ini, bersyukur pada kalian, saya kurang teliti, perkataan saya sama dengan kalian, dakwah saya sama dengan kalian”.

Apakah Syaikh Ubaid Al Jabiry rujuk dari perkataan beliau terhadap Ka’ab bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwasanya seandainya Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam wafat sedang Ka’ab bin Malik radhiyallahu 'anhu dalam keadaan masih di diamkan, maka Ka’ab bin Malik radhiyallahu 'anhu sesat lagi menyesatkan ???

Dan apakah Syaikh Ubaid Al jabiry rujuk dari perkataan beliau bahwa jika seandainya shahih Bukhari menimbulkan fitnah di suatu negri maka kita harus berhenti dari menyebarkan shahih Bukhari ??? Dan perkataan beliau ini sudah dibantah oleh para ulama yaitu Syaikh Shalih Al Fauzan, Mufti Saudi Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh, Syaikh Al Luhaidan dan mereka menerangkan buruknya perkataan ini, bahkan Syaikh Shalih Al Fauzan memerintahkan untuk meninggalkannya. (saya memiliki rekamannya insya’Allah-pent).

Apakah Syaikh Ubaid menerima nasehat ini, atau justru membalasnya dengan kebandelan serta perkataan yang keras ??? kita semua mengetahui.
Seandainya kita menghitung kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh mereka yang sibuk dengan celaan terhadap Ahlis Sunnah, kesalahan-kesalahan yang jauh lebih banyak dari kesalahan orang yang mereka cela, niscaya kita akan membutuhkan banyak sekali lembaran kertas.

Apakah nasehat itu disampaikan dengan santun dan lemah lembut, atau disampaikan dengan tuduhan, pendustaan, memvonis bid’ah, memvonis orang yang dinasehati sebagai orang jahat ???

Kemudian Syaikh Al Bura’i berpindah membicarakan Al Halaby, tuduhan irja’ serta fatwa Lajnah Daimah, beliau berkata : “Ali bin Hasan menulis kitab untuk membantah Lajnah Daimah dengan bantahan yang keras, yang mana Lajnah Daimah mengatakan bahwa Al Halaby mengatakan perkataan yang mengandung irja’”.  

Aku (Abdul Ghafur) katakan : Semoga Allah mengampuni Syaikh Al Bura’i , , , dulu beliau tidak menyebarkan masalah Syaikh kami Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby dengan Lajnah Daimah, padahal ini adalah masalah yang sudah lama. Para syaikh kami menghukumi bahwa kebenaran ada bersama Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby, diantaranya Syaikh Rabi’ sendiri dalam berbagai tempat, demikian pula Syaikh Ubaid dalam kaset berjudul “An Nashihatu Ash Sharihatu Lil Jaza’iril Jarihah” (lihat di sini :http://www.kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=14233), demikian pula Syaikh Husain Alu Syaikh serta banyak sekali para masyayikh dakwah salafiyyah, barangkali ikhwah bisa menyebutkan sebagiannya (termasuk yang tidak menyetujui fatwa Lajnah Daimah terhadap Syaikh Ali Al Halaby adalah Al Imam Ibnu Utsaimin, Asy Syaikh Abdul Muhsin Al ‘Abbad dll-pent).

Lalu sesungguhnya masalah ini yang disebutkan oleh Syaikh Al Bura’i dimanfaatkan oleh para takfiriyyun untuk mencela Al Imam Al Albani beserta murid-muridnya dan menuduh mereka dengan tuduhan irja’. Kenapa dalam kondisi ini kok Syaikh Al Bura’i tidak menyebutkan pendapat masyayikh Madinah ya sebagaimana pada kasus pertama terhadap Syaikh Abdul Malik Ramadhany ???

Adapun pensifatan beliau terhadap bantahan Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby terhadap lajnah Daimah bahwa di dalamnya terdapat uslub yang keras, maka ini diantara hal ajaib yang aku dengar. Aku berharap Syaikh Al Bura’i sudah membaca kitab “Al Ajwibah Al Mutawa’imah” dan kitab Al Hujjatul Qa’imah” dan agar beliau tidak mengatakan perkataan ini hanya karena taqlid terhadap orang.

Sesungguhnya setiap orang yang inshof yang membaca kedua kitab tersebut tidak akan mendapati melainkan hanyan adab, lemah-lembut, rendah hati, mensifati Lajnah Daimah dengan sifat-sifat yang terpuji serta indah.

Kemudian Al Bura’i menutup  perkataan beliau dengan menyebutkan kisah pertemuannya dengan Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby di inggris dan menyebutkan diskusinya bersama beliau dalam permasalahan “Kufrusy Syakk” (kufur keragu-raguan) maka ini saya persilahkan Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby untuk menjawabnya sendiri serta menerangkan kebenaran yang sesungguhnya.

Dan aku menyadari bahwa ikhwah sekalian (anggota forum diskusi kulalsalafiyeen.com) mampu untuk membantah perkataan Syaikh Al Bura’i dengan bantahan yang lebih bagus, lebih baik, lebih komplit dari apa yang aku sebutkan, ini dia perkataan beliau silahkan dibantah :http://www.sahab.net/forums/index.php?showtopic=133749 

Dialihbahasakan secara bebas oleh abul aswad al bayaty (sumber :  http://kulalsalafiyeen.com/vb/showthread.php?t=43619).
Bayat, 10 muharram 1434H/24 nov 2012

0 Responses to "Ada apa dengan Asy Syaikh Abdul Malik Ramadhany Al Jaza’iry"

Leave a Reply