| Subcribe via RSS

Browse > Home / / Blog Article: Pembelaan Terhadap Syaikh Ali Hasan Al Halabi Atas Tuduhan Murji'ah dan Irja'

Pembelaan Terhadap Syaikh Ali Hasan Al Halabi Atas Tuduhan Murji'ah dan Irja'

Sabtu, 12 Januari 2013 | Posted in


ini adalah terjemahan dari petikan pembelaan Syaikh DR. Mahmud bin Abdurrazaq bin Abdurrazaq bin Ali Ar Ridwany terhadap Al Imam Al Albani serta murid-muridnya terutama Syaikh Ali Al Halaby & Syaikh Masyhur Hasan Alu Salman dari tuduhan irja'. Sengaja tidak saya terjemahkan secara lengkap (sekitar setengah saja) mengingat panjangnya perkataan beliau dan saya hanya mencukupkan dengan yang saya anggap penting saja.

Bagi yang berkehendak menelaah perkataan beliau secara lengkap silahkan kunjungi link berikut ; http://www.youtube.com/watch?v=s-I6oh1df7A


Berikut redaksi perkataan beliau : 

Soal : Kami mendengar bahwa chanel Al Bashirah akan menyiarkan pengajian Syaikh Masyhur

Syaikh DR. Mahmud Abdurrazaq Ar Ridwany : Benar

Soal : Syaikh Ali Al Halaby juga

Syaikh Mahmud : Iya benar kita akan mengusahakannya.

Soal : Padahal sudah diketahui bersama bahwa Syaikh Ali Al Halaby tertuduh dengan faham irja’ serta memuji Ahli Bid’ah semisal Muhammad Hassan.

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Na’udubillah dari perkataan ini, la haula wala quwwata illa billah.
Pertama : Berkaitan dengan Syaikh Ali terutama yang ada sangkut pautnya dengan masalah ini serta apa yang didengungkan seputar tuduhan irja’ :

Pertama ketika seorang peunutut ilmu kecil datang menghembuskan was-was terhadap seorang Al ‘Allamah seperti Syaikh Ali Al Halaby yang memiliki kitab lebih dari 60 judul baik berupa karangan maupun tahqiqan (bahkan setelah Syaikh Ali Abu Haniyyah dalam kitab tuhfatu tolibil aby menghitung karya ilmiyyah Syaikh Ali Al halaby jumlahnya ternyata lebih dari 204 judul, dan ini terjadi sekitar th 2011 adapaun sekarang wallahu a’lam-pent), ia datang berbicara terhadap seorang yang ‘alim dengan keutamaan seperti ini ???

Kemudian Syaikh Ali Al Halaby ini adalah manusia yang paling utama di madrasah Imam Al Albani, apakah kalian ingin menjatuhkan martabat madrasah imam Al Albani dengan cara menjatuhkan martabat para ulama’ di madrasah tersebut ???

Kalian ingin menjatuhkan martabat Syaikh Masyhur yang memiliki karya tulis yang sangat banyak sekali, serta ingin menjatuhkan Syaikh Ali Al Halaby dengan perkataan seperti ini, kemudian apa sebabnya ???

Baiklah, aku dikarenakan masalah ini, duduk mencari membahas apa-apa yang berkaitan dengan Syaikh Ali Al Halaby . Aku mencari aqidah lelaki ini , apakah memang benar Syaikh Ali Al Halaby mengatakan pemahaman irja’. (Syaikh Mahmud Ar Ridwany adalah seorang Doktor spesialis aqidah alumni Unversitas Islam Madinah-pent).

Mereka berbicara masalah irja’. Apabila masalah iman adalah masalah yang belum tentu jelas di sisi para ahli ilmu, sampai disana memungkinkan ada “konsekwensi omongan” yang bisa kalian ambil dari setiap ulama’ yang berbicara dalam masalah ini sebagaimana yang akan kita lihat. (Padahal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan dalam majmu’ Fatawa 20/217 : “Yang benar ; madzhabnya manusia bukan dianggap madzhabnya jika ia tidak multazim dengannya, dan jika ia mengingkari madzhab tersebut maka penisbatan madzhab tersebut kepadanya adalah merupakan kedustaan”.-Pent)


Lantas bagaimana engkau menuduh orang semisal Asy Syaikh Al ‘Allamah Ali Al Halaby sebagai orang yang menganut faham irja’ ??? kemudian irja’ mana yang engkau maksudkan, irja jahmiyyah ataukah irja’ fuqoha’ ataukah perkataan irja’ yang engkau fahami sedangkan itu tidak dimaksudkan oleh Syaikh Ali Al Halaby ???

Sekarang kita bicara permasalahan irja’ terlebih dahulu.

Kami mencari di internet aqidah Syaikh Ali Al Halaby. Saya terus terang yang mencari langsung, saya duduk mencari aqidah Syaikh Ali hanya ada saya dan diri saya padahal disana ada tuduhan terhadap beliau. Dan biarkan kami memberikan hak Syaikh Ali, Al ‘Allamah Asy Syaikh Ali Al Halaby inilah yang pantas diberikan bagi beliau serta ilmu beliau.

Kami mendapati bahwa sebab dari munculnya tuduhan ini adalah keluarnya fatwa dari Lajnah Daa’imah terhadap kitab beliau, kitab ini adalah At Tahdzir Min Fitnatit Takfir.

Dan saya membaca perkataan Syaikh Ali Al Halaby saya juga membaca fatwa Lanah Daa’imah. Akan tetapi, kalian marilah melihat bersamaku dengan sederhana apa yang menjadi aqidah Syaikh Ali Al Halaby –kita tidak akan membicarakan dengan rinci perkataan beliau, akan tetapi hanya apa yang saya ambil dari internet-.

Di dalam sebuah makalah yang mana Syaikh Ali Al Halaby berbicara di dalamnya tentang masalah iman & irja’ yang terbaru. Tentu saja mereka sejak dulu berusaha menjatuhkan madrasah Syaikh Al Albani dengan cara menjatuhkan Syaikh Ali Al Halaby & Syaikh Masyhur Hasan Salman & para ahli ilmu di sana.
Beliau Syaikh Ali mengatakan, “Aku heran sekali terhadap sebagian manusia yang masih saja membicarakan tuduhan irja’ ini padahal telah berlalu bertahun-tahun yang lalu”.

Beliau Syaikh Ali telah menulis kitab Tanbihat Mutawa’imah & Ar Rad Al Burhani untuk menepis tuduhan kala itu. Kemudian beliau melanjutkan :

“Telah menghubungi aku belum berlalu 24 jam pada waktu dhuha hari ini kamis 3 rabi’ul awwal 1431H seorang ‘alim yang kami cintai & memiliki keutamaan, beliau termasuk taman-taman negri dua kota suci. Beliau –semoga Allah memberkahi ilmu serta amal beliau- meminta dariku supaya aku menulis aqidahku yang gamblang tentang masalah iman pada secarik kertas dengan tanpa bertele-tele dan tanpa menyertakan cabang-cabangnya sebagai bentuk bantahan terhadap sebagian pencela di sisi beliau, maka aku sangat berbahagia –semoga Allah membalas bagi beliau dengan sebaik-baik balasan-. Maka aku mengatakan –dan Allah-lah tempat berlindung-“.

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Dengarkan oleh kalian, kalian telah mempelajari permasalahan iman dengan sangat mendetail sekali dan dengan materi yang sangat rinci yang telah kita bicarakan. Materi ini telah menjelaskan pada kita dengan rinci permasalahan irja’, permasalahan khawarij,  permasalahan aqidah ahlus sunnah wal jama’ah dalam iman, serta pokok iman dan pembatalnya dan juga jenis-jenis kekufuran. Hukumilah oleh kalian sendiri perkataan Syaikh Ali Al Halaby beliau mengatakan :

“Aku katakan –dan hanya Allah tempat berlindung- dalam rangka menjawab pertanyaan pertama & kedua”

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Yaitu pihak kedua yang meminta dari beliau agar menuliskan aqidah beliau dalam masalah iman dengan ringkas. Karena masalah iman jika kalian bicarakan dengan menukil perkataan ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim Al jauziyyah atau yang lainnya. Maka pembicaraan akan menjadi sangat panjang, dan akan menimbulkan konsekwensi omongan yang kalian fahami dari pihak yang berbicara, padahal dia tidak memaksudkannya. Inipun bisa terjadi terhadap Ibnu Taimiyyah sekalipun, maksudnya ada konsekwensi pembicaraan Ibnu Taimiyyah yang membutuhkan penjelasan. Dan kami telah menjelaskan hal ini dalam kitab “Minnaturrahman”.

Syaikh Ali Al Halaby mengatakan, “Aku meyakini dengan hak dan secara meyakinkan”.

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Lihatlah perkataan lelaki ini, murji’ ??? Al ‘Allamah Asy Syaikh Ali Al Halaby apakah perkataan ini dikatakan oleh kalian sebagai perkataan irja’ ??? dan aku sedang mengajak bicara para penuntut ilmu yang mempelajari masalah iman dengan sangat rinci.

Syaikh Ali Al Halaby mengatakan, “Sesungguhnya aku meyakini dengan hak dan terperinci berdasarkan ilmu dan penelitian berdasarkan pembahasan & muraja’ah bahwa :

1-      “Iman adalah perkataan, amalan, serta keyakinan”.

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Kalau begitu apa maksudnya, keyakinan dalam hati, perkataan dengan lisan, serta amalan dengan anggota badan.

Syaikh Ali Al Halaby, “Dan bahwasanya amal merupakan asas di dalam iman”.

2-      “Bahwasanya iman itu bertambah dan berkurang”.
3-      “Dan bahwasanya iman itu memiliki tingkatan ada yang menjadi wajib, rukun serta mustahab’.
4-      “Dan aku tidak menggunakan lafadz “Syarat”.

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Maksud beliau, apakah amal itu merupakan syarat sahnya iman ataukah syarat sempurnanya iman, saya tidak menggunakan istilah ini selama-lamanya.

Syaikh Ali Al halaby, “Saya tidak menggunakan lafadz syarat sah atau syarat kesempurnaan, tidak pula menggunakan istilah jinsul amal, tidak pula menggunakan lafadz Aslun ataupun Far’un atupun lafadz-lafadz baru lainnya dan juga istilah-istilah baru lainnya yang menyebabkan terjadinya perpecahan di kalangan ahlis sunnah serta menggembirakan ahlil ahwa’ dari kalangan khawarij serta cecunguk-cecunguknya”.

Syaikh Mahmud Ar Rdwany : Apa pendapat kalian dengan perkataan beliau ini ??? Beliau tidak mengatakan syarat sah maupun syarat kesempurnaan iman. Ini adalah aqidah ahlus sunnah wal jama’ah, karena siapa saja yang menggunakan istilah syarat sah & syarat kesempurnaan mereka adalah orang-orang yang sesat dari kalangan murji’ah ahli kalam. Yang menggunakan istilah ini adalah penganut ilmu kalam yang mewajibkan sesuatu.

Ketika mereka mengatakan pada kalian syarat sah & syarat kesempurnaan, jadi kamu mengeluarkan amal dari cakupan iman. Barang siapa mengatakan pada kamu syarat sah & syarat kesempurnaan serta menggunakan lafadz-lafadz seperti ini maka ia telah salah besar. (karena syarat menurut istilah usul bukan termasuk bagian dari masyruth seperti wudhu misalnya bukan bagian dari shalat. Maka jika menggunakan istilah amal merupakan syarat sahnya iman atau syarat sempurnanya iman berarti telah mengeluarkan amal dari cakupan iman-pent).

Yang mempelajari kitab “Minnaturrahman” yang mempelajari permasalahan iman dengan rinci. Orang yang mengatakan pada kamu : saya tidak menggunakan lafadz syarat sah, syarat kesempurnaan, tidak pula lafadz jinsul amal tidak pula cabang. Dan dia mengatakan pada kalian ; Iman itu memiliki pokok yang akan menyebabkan kafir jika ditinggalkan & memiliki cabang yng tidak menyebabkan kafir jika ditinggalkan . . . dan pembagian iman menjadi pokok & cabang, pembagian agama menjadi pokok & cabang, dan permasalahan jinsul amal, syarat sah, syarat kesempurnaan, semua istilah-istilah ini,

Ini dia Syaikh Ali mengatakan dengan jelas : “Aku tidak mengatakannya dan tidak menggunakan istilah-istilah baru ini. Akan tetapi aku mengatakan Amal merupakan asas di dalam iman serta rukun diantara rukun-rukun iman”.

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Bagaimana kita mengatakan ini irja’ ? Beliau kemudian mengulangi perkataan yang sama yang dikatakan oleh Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah serta nukilan yang sangat banyak dari Syaikhul islam.

Ini sudah mencukupi, beliau menyatakan kepada engkau terang-terangan. Kalaupun seandainya beliau mengatakan sebuah perkataan yang engkau fahami/ambil dari perkataan beliau sebuah konsekwensi yang terbersit di benakmu bahwa beliau mengatakan perkataan irja’.

Konsekwensi ini bagian dari perkataan manusia biasa (jika memang benar bisa dijadikan konsekwensi) dan bukan merupakan konsekwensi kecuali jika Syaikh Ali Al Halaby menetapkannya. Padahal Syaikh Ali Al Halaby tidak mengakui konsekwensi yang engkau fahami itu.
Jika demikian bagaimana bisa engkau memasukannya dalam ranah irja’ ???

Namun marilah bersama kita lihat fatwa Lajnah Daa’imah. Kalian adalah para penuntut ilmu, kalian akan dengan cepat menyingkap perkataan yang ditanyakan oleh si penanya dan menyingkap kesalahan yang dilakukan oleh si penanya terhadap Lajnah Daa’imah. Si penanya mengatakan :

(Sebagian penanya bertanya tentang dua kitab At Tahdzir min Fitnatil Ghuluuw Fit Takfir dan kitab Shaihatu Nadzir oleh Ali Hasan Al Halaby dan bahwasanya kedua kitab tersebut menyeru kepada madzhab irja’ yang mana amal bukan merupakan syarat sah dari iman).

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Apa pendapat kalian wahai syabab/wahai para pemuda ? Aib itu ada pada si penanya sendiri. Sepantasnya penanya ini untuk dicela serta dibantah. Hendaknya mereka mengatakan pada si penanya ini ; siapa yang mengatakan bukan syarat sah atau syarat kesempurnaan, ini lafadz-lafadz yang baru yang bid’ah.

Kalian menginginkan agar Syaikh mengatakan lafadz-lafadz bid’ah untuk kemudian kalian salahkan ? kezaliman macam apa ini ? Oleh karena itu kesalahan datang dari si penanya dan juga pada persetujuan dari Lajnah Daa’imah terhadap penanya seperti ini dengan tanpa ada pengingkaran terhadap masalah (syarat sah) serta (syarat kesempurnaan).

Dan mengingat bahwa Lajnah Daa’imah di Saudi Arabia adalah Lajnah yang terpercaya, dan aqidahnya adalah aqidah ahlis sunnah sehingga manusia menyangkan bahwa Lajnah Daa’imah ini ma’sum dari kesalahan. Padahal Syaikh Ibnu Utsaimin menyalahkan Lajnah Daa’imah & banyak sekali Masyayikh di kerajaan Saudi Arabia menyalahkan Lajnah Daa’imah atas fatwanya terhadap Syaikh Ali Al Halaby.

Sampaipun seandainya ada seseorang bertanya kepadaku tentang pertanyaan ini dia mengatakan ; Syaikh Ali Al Halaby menyerukan bahwa amal bukan merupakan syarat sahnya iman ?

Perkataan ini benar, karena Syaikh Ali Al Halaby mengatakan ; “Amal merupakan asas di dalam iman serta salah satu rukun dari rukun-rukun iman”. (Karena syarat bukan bagian dari sesuatu, sedangkan rukun bagian dari sesuatu, oleh karenanya ketika kita mengatakan amal adalah syarat iman, maka berarti kita mengeluarkan amal dari cakupan iman hal ini berbeda jika kita mengatakan amal merupakan rukun dari rukun-rukun iman-pent).

Ini jawaban pertama yang seharusnya dikatakan oleh Lajnah Daa’imah. Maka barangsiapa mencela Syaikh Ali Al Halaby disebabkan kata-kata “Amal bukan merupakan syarat sah iman”, Syaikh Ali tidak mengeluarkan amal dari cakupan iman sama sekali. Akan tetapi amal itu –sebagaimana yang kita lihat dari perkataan Syaikh Ali- merupakan bagian dari iman.

Setelah itu, masalah yang dibicarakan oleh Lajnah Daa’imah/lanjutan teks pertanyaan pada fatwa Lajnah Daa’imah (Kemudian Ali Al Halaby menisbatkan hal tersebut kepada ahlis sunnah bahwasanya amal bukan merupakan syarat sah iman).

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Seolah-olah madzhab ahlis sunnah itu menetapkan bahwa amal merupakan syarat sah iman ha ha ha , , ,

(Dan Ali Al Halaby membangun kedua kitabnya dengan nukilan-nukilan dari Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah yang telah dimanipulasi).

Syaikh Mahmud Ar Ridwany : Lalu ia menuduh lelaki ini (Syaikh Ali) telah memanipulasi perkataan Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah. Padahal aqidah Syaikhul islam Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa amal merupakan rukun di dalam iman, dan beliau tidak menggunakan lafadz syarat sah maupun syarat kesempurnaan. Karena istilah syarat sah maupun syarat kesempurnaan merupakan madzhab irja’.

Maka si penanyalah yang seharusnya dituduh irja’ bukan Syaikh Ali Al Halaby !

Oleh karenanya yang seringkali melariskan hal ini adalah penuntut ilmu kecil dikarenakan kesalahan yang terjadi pada Lajnah Daa’imah, demikian pula dilariskan oleh orang-orang yang bertujuan  hendak menghancurkan madrasah Syaikh Al Albani.

Asy Syaikh Al Albani tidak diketahui seorangpun yang mampu memerangi beliau atau menghabisi beliau. Mengingat kekuatan ilmu beliau lebih besar dari negri-negri . . . lebih besar dari ilmu yang dihasilkan oleh negri-negri.

Dan aku katakan dengan tanpa berlebihan bahwa kesungguhan & jasa Syaikh Al Albani di dalam mentahqiq hadis-hadis rasul serta membelanya lebih utama dari universitas Al Azhar secara keseluruhan. Aku tidak berlebihan bahkan aku katakan lebih utama dari kesungguhan yang dikerahkan di kerajaan Saudi Arabia, bahkan di seluruh negri-negri seluruhnya.

Orang seperti Syaikh Al Albani bagaimana engkau akan menhancurkannya ? dengan cara menghancurkan murid-murid di madrasahnya ! Karena setelah Syaikh Al Albani wafat tentu madrasahnya masih terus berlanjut melalui murid-muridnya yang telah beliau didik dan mereka telah menghasilkan karya-karya ilmiyyah yang sangat banyak.

Maka menjatuhkan madrasah Syaikh Al Albani di dalam meneruskan tongkat estafet untuk membela hadis-hadis nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam berarti menjatuhkan sunnah rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam, serta memalingkan manusia dari madrasah Syaikh Al Albani dikarenakan kesalahan yang terjadi pada sebagaian para ulama yang berfatwa di Lajnah Daa’imah.

Dialihbahasakan secara bebas oleh abul aswad al bayaty
Bayat, 26 shafar 1434H/9 januari 2013M

Di ambil dari catatan Ustadz Abul Aswad Al Bayaty

1 Response to "Pembelaan Terhadap Syaikh Ali Hasan Al Halabi Atas Tuduhan Murji'ah dan Irja'"

  1. Anonim Says:

    Alhamdulillah.
    Semoga Allah melindungi Syaikh Ali Hasan al-Halabi dan memaafkan kekeliruannya dan juga pihak-pihak yang keliru memahami beliau.

    Semoga ini bisa membuka hati salafiyun ahlussunnah waljama'ah agar teliti dan tatsabut dalam menerima dan menyebarkan berita yang terindikasi adanya kekeliruan/kesesatan yang dinisbatkan kepada saudaranya, terlebih mereka adalah para ulama yang telah begitu besar kesungguhannya membela dan menjaga aqidah dan mahjah salaf ini. Wallahulmusta'an.

Leave a Reply